BerandaHukrimSinode GPKAI Kutuk Pembakaran Pesawat MAF di Intan Jaya

Sinode GPKAI Kutuk Pembakaran Pesawat MAF di Intan Jaya

Pdt. Daniel Sukan: Gereja-gereja di Tanah Papua dan Papua Barat untuk Kembali ke Dasar-dasar Iman Kristen

JAYAPURA-Pesawat perintis milik MAF dengan lambung PK-MAX dilaporkan dibakar Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) di Bandara Kampung Pagamba, Distrik Mbiandoga, Kabupaten Intan Jaya, Rabu (6/1) kemarin sekitar pukul 09.00 WIT.

Atas peristiwa itu, Sinode Gereja Persekutuan Kristen Alkitab Indonesia (GPKAI) Se-Indonesia mengutuk keras pembakaran yang dilakukan TPN-OPM.

Ketua Majelis Umum/Sinode GPKAI Se-Indonesia, Pdt. Daniel Sukan,M.Th mengatakan tragedi kemanusiaan terjadi lagi dan melumpuhkan pelayanan Kristen di Tanah Papua pada awal tahun 2021.

Dikatakan, jika pada 12 Mei 2020 lalu sebuah pesawat milik MAF jatuh di danau Sentani karena faktor teknis mesin pesawat, kali ini jenis pesawat yang sama dibakar oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

“Peristiwa pembakaran pesawat yang terjadi di Intan Jaya beberap hari lalu ini, benar-benar meluluh-lantahkan hati. Ketika mendengar berita musibah ini, Saya sebagai pimpinan gereja, sangat tidak paham apa yang ada dalam pikiran para pelaku pembakaran,” katanya dalam press release yang diterima Bintang Papua, Sabtu (9/1).

“Apapun alasannya saya tidak dapat menerima dan atas nama GPKAI, saya mengutuk keras tindakan pembakaran ini. Karena ini sama saja memotong kaki para penginjil yang memabawa Injil menenembus tirai kegelapan di balik gunung-gunung dan di sungai-sungai daerah selatan Papua,” sambungnya.

Sejak tahun 1952 kata Pdt. Daniel Sukan, GPKAI hadir di Papua bagian Selatan dengan pos pelayanan yang didukung dengan pesawat MAF baik di Senggo, Mapi dan Asmat.

“Di Pegunungan Arfak bahkan pesawat tersebut dari base-nya di Nabire melayani kami di Kabupaten Teluk Bintuni, khususnya suku Moskona. Musibah ini membuat kami (GPKAI,red) merasa sangat dirugikan luar biasa, karena sebagai gereja yang melayani Orang Asli Papua di bantaran sungai Papua Selatan dan Papua Barat selama ini menjadi mitra MAF,” urainya.

Pdt. Daniel melanjutkan 80 persen warga gereja masih terisolasi di pedalaman dan satu-satunya harapan mereka ada di pesawat MAF. Ada 16 bandara perintis di pos pelayanan yang dibangun bukan dengan ekskavator tetapi dengan pacul dan sekop oleh para penginjil dan warga gereja. Ia menambahkan ada di antara mereka yang sudah meninggal dan ada yang masih hidup.

“Tragedi ini menyebabkan kami merasa kehilangan. Kami mendesak dan mengharapkan pihak berwajib segera mengusut tuntas pelaku pembakaran. Sementara itu, mengajak dan mengimbau gereja-gereja di Tanah Papua  dan Papua Barat untuk kembali ke dasar-dasar iman Kristen (kuasa Injil,red) yang mengubah dan memancarkan kasih Kristus bagi sesama manusia melalui perilaku hidup tiap hari,” harapnya mengakhiri.(yud)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Populer

Komentar Terbaru

error: Content is protected !!