JAYAPURA-Di masa pandemi Covid-19, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura mengakui mengalami penurunan pendapatan setiap bulannya mencapai Rp 500 juta.
Direktur Utama PDAM Jayapura, Entis Sutisna memaparkan penurunan pendapatan ini dimulai dari bulan Januari hingga Mei 2020, dimana setiap bulannya, PDAM Jayapura mengalami penurunan pendapatan rata-rata sekitar 13 persen atau Rp 500 juta.
“Kami memahami terhadap masyarakat akibat pandemi tersebut dan tren ini kelihatan dan kalau di rata-rata kita kehilangan pendapatan 13 persen atau sekitar Rp 500 juta per bulan,” katanya kepada Bintang Papua, Selasa (16/6).
Ia pun mengakui bahwa hal tersebut merupakan sebuah dilematis dan hal ini merupakan bentuk kesepahaman pihaknya atas wabah pandemi Covid-19 dimana adanya penurunan penghasilan bagi pelanggan PDAM.
“Ini sangat menyulitkan dimana dari Januari kita bisa dapatkan Rp 3,1 miliar sekarang cuma Rp 2,3 miliar hingga Mei 2020, dengan telah memberikan kelonggaran selama 3 bulan dan praktis kita juga berhentikan pemutusan maka PDAM akan akan melakukan penertiban di bulan Juni ini sebagai upaya optimalisasi pendapatan,” terang Entis.
Oleh sebab itu, pada bulan ini, pihaknya telah membentuk sebanyak 8 regu pemutusan dengan 5 pickup baru operasi dan tim atau regu ini bergerak khusus kepada pelanggan yang menunggak selama 2 bulan ke atas.
“Kita Senin ini (Minggu depan,red) sudah bergerak melakukan upaya pemutusan kepada penunggak yang lebih dari 2 bulan ke atas,” tegasnya.
Selain itu, Entis menambahkan upaya kelonggaran pembayaran atau lakukan cicilan bagi pelanggan yang merasakan beratnya tagihan juga dilakukan di outlet-outlet atau di UPP PDAM yang ada.
“Kami sudah menyiapkan petugas yang akan melayani pelanggan yang mengalami pemutusan atau menunggak untuk segera datang ke UPP dan mampunya berapa di diskusikanlah dan melakukan kesepakatan cicilan pembayaran,” katanya.
Entis memaparkan kurang lebih pendapatan Januari 2020 dari pelanggan sebanyak 34.715 pelanggan tetapi yang membayar tagihan hanya 15.317 pelanggan dan kurang lebih Rp 3,1 miliar atau hanya 44 persen yang membayar.
Sementara bulan Februari 2020, sebut Entis, dari pelanggan 34.770 hanya sekitar 14.660 pelanggan atau 42 persen yang membayar dengan total Rp 2,5 miliar.
Pada Maret 2020, kata Entis, dari 34.688 pelanggan hanya sekitar 40 persen atau sekitar 14.309 yang membayar dengan total Rp 2,6 miliar. Sedangkan bulan April 2020, lanjut Entis, hanya 38 persen yang membayar dengan pendapatan sebesar Rp 2,28 miliar.
Bulan Mei 2020 lanjut Entis, dari pelanggan 35 ribu hanya 39 persen yang membayar, menunaikan kewajibannya dengan nilai Rp 2,3 miliar.(sindung)