JAYAPURA-Informasi kelangkaan minyak tanah (Mitan) yang terjadi di Papua dan Maluku beberapa awal tahun ini menjadi perhatian serius Pertamina. Hal ini mendorong Pertamina untuk meminta bantuan kepolisian untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Unit Manager Communication, Ralation dan CSR Regional Papua Maluku, Edi Mangun membantah adanya kelangkaan minyak tanah di Papua dan Maluku sehingga Pertamina akan minta bantuan polisi dan pemerintah untuk mengungkap hal ini.
“Stok di terminal BBM di Maluku dan Papua masih aman dalam 15 hari ke depan. Terlebih dalam minggu ini akan ada kapal pengangkut BBM yang akan bersandar di terminal Ambon dan Papua,” kata Edi dalam press release kepada BintangPapua.online, Jumat (8/1).
Padahal kata Edi, dalam penyaluran minyak tanah di agen atau pangkalan, kuota masih sesuai seperti awal dan tidak mengurangi jatah yang diberikan.
“Menjadi pertanyaan adalah walaupun stok aman dan kami lakukan distribusi normal ke agen dan pangkalan di awal tahun selalu muncul berita kelangkaan,” tanya Edi.
Amanah Undang-Undang (UU) Minyak dan Gas (Migas) bahwa untuk pengawasan di luar jangkauan Pertamina melibatkan seluruh elemen dari Dinas Perindagkop dan aparat penegak hukum untuk dapat mengawasi mobilisasi pergerakan mobil minyak tanah.
“Peristiwa kelangkaan minyak tanah sering terjadi masuk tahun baru. Aparat keamanan dan Disperindagkop dapat mengungkap apakah ada atau tidak modus operandi dengan kelangkaan minyak tanah ini,” tuturnya.
Sementara itu, menurut Kolisatu, ibu rumah tangga di Koya Barat mengakui kelangkaan Mitan ini terjadi dan terasa ketika jelang perayaan Natal 2020 dan tahun baru 2021. “Banyak dengar curhat ibu-ibu di Koya Barat bahwa minyak tanah langka dan mahal antara Rp 40-50 ribu per 5 liter atau jerigen,” katanya kepada BintangPapua.online, Jumat (8/1).(ind)
Sentani 60.000 minyak tana per 5 liter