JAYAPURA – Pembangunan pabrik betatas yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Papua di Arso 4 Kabupaten Keerom, dinilai asal-asalan.
Hal itu dikatakan oleh Anggota Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Papua Mustakim HR usai meninjau langsung pembangunan pabrik betatas yang pengerjaannya dilakukan pada 2018.
“Jadi terkait dengan pabrik betatas ini, waktu kami berjuang 2017 untuk bangun pabrik itu kan mesinnya sudah ada beberapa tahun lalu. Namun rupanya untuk membangun pabrik itu banyak kendala-kendala,” kata Mustakim HR via ponselnya, Rabu (8/7).
Dikatakannya, rencana pembangunan pabrik betatas di Kabupaten Keerom dimulai pada 2016. Namun, pada saat itu bupati Keerom tidak menyetujui pembangunan pabrik itu di Arso 4 dekat Kali Kabur.
“Nah setelah itu (Pembangunan Pabrik betatas)vakum. Dan 2017 kami angkat lagi sehingga 2018 terealisasi dana Rp 7 miliar untuk pembangunan pabrik betatas itu,” ujarnya.
Menurutnya, anggaran Rp 7 miliar itu untuk membangun dua unit gedung yakni gedung mesin dan penampungan bahan baku.
“Saat itu karena dinas perindag yang ngotot bangun sendiri, karena memang dari awal ini usulnya dinas tersebut, sehingga kelanjutan pembangunan dilakukan dinas itu sendiri yang seharusnya dilakukan oleh dinas terkait,” tuturnya.
Lanjut Mustakim, seiring berjalan dana Rp 7 miliar yang diperuntukan untuk membangun dua gedung tersebut tidak terpakai semuanya. Sehingga sisa anggaran tersebut dikembalikan ke kas daerah.
“Sesungguhnya dinas terkait harus mengajukan penambahan anggaran di 2019, namun tidak diajukan. Sehingga pembangunan pabrik betatas di Arso 4 terkesan terbengkalai tidak ada kelanjutan,” ucapnya.
Diungkapkannya, setelah pihaknya mengecek langsung pembangunan pabrik betatas itu, ternyata dinas terkait tidak melakukan apa yang Komisi II DPR Papua maksud.
“Mereka bangun satu bangunan berteduh mesin kemudian rumah jaga. Padahal rumah jaga belum dibutuhkan yang dibutuhkan itu rumah mesin dan gedung menampung bahan baku. Karena kalau ada gedung penampung kita bisa memanfaatkan menampung perlengkapan sebelum beroperasi,” bebernya.
Tak hanya itu lanjut Mustakim, kondisi bangunan juga jauh dari layak.
“Untuk rumah mesin saya lihat seperti anggar pesawat kecil,” katanya.
Oleh karena, pihaknya berkesimpulan bahwa pembangunan pabrik betatas di Arso 4 Kabupaten Keerom hanya asal-asalan.
“Terkesan yang penting melepaskan tanggungjawab tetapi tidak bertanggungjawab,” ucapnya.
Ditambahkannya, pihaknya tetap berkeinginan untuk mengangkat kembali pembangunan pabrik betatas. Karena masyarakat sudah menanti-nanti hadirnya pabrik betatas itu.
“Kedepan kami akan mengangkat kembali pembangunan pabrik betatas. Tetapi sebelum dilanjutkan kami sudah perintahkan Dinas Perindag untuk mengindentifikasi kondisi mesin, kelayakan gedung dan sertifikat tanah,” tandasnya.
“Kalau katakan tiga hal ini masih layak kita akan lanjut. Tapi kalau masih ada masalah berarti dilakukan pengkajian ulang. Namun niat kami tetap membangun pabrik betatas di Tanah Papua,” timpalnya.(nik)