JAYAPURA-Gangguan keamanan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) atau Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) di Intan Jaya terus meningkat. Bahkan, kelompok bersenjata dilaporkan telah memasuki Kota Sugapa, Ibu Kota kabupaten tersebut.
Situasi ini membuat seribuan warga dari empat kampung mengungsi ke Kompleks Pastoran Gereja Katolik Santo Mikael Bilogai, Distrik Sugapa.
Kapolres Intan Jaya AKBP, I Wayan G Antara menyebut pihaknya telah menetapkan status keamanan siaga satu di wilayah Intan Jaya, pasca-rentetan penembakan yang dilakukan KKB terhadap aparat gabungan TNI-polisi, serta warga sipil di beberapa kampung.
“KKB sudah menempatkan anggotanya hingga di Sugapa. Warga mengungsi akibat aksi KKB yang tidak hanya mengincar aparat keamanan, namun juga warga sipil,” ujar Wayan saat dihubungi dari Jayapura, Rabu (17/2).
Teror KKB menyebabkan aktivitas pemerintahan di wilayah itu lumpuh. Bahkan, Bupati serta Pejabat Daerah Intan Jaya menjalankan pemerintahannya di Kabupaten Nabire. Sebab, selama ini mereka mengalami teror dari KKB.
Wayan mengatakan pihaknya telah mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas mulai pukul 17.00 WIT. Kepolisian pun telah menyerahkan bantuan makanan serta kebutuhan pokok lainnya bagi warga yang berlindung di Paroki Santo Misael Bilogai.
“Kami masih mendata para warga yang bertahan di Paroki Santo Misael Bilogai,” kata Wayan.
Meski situasi rawan, sebagian dari warga Distrik Sugapa masih melakukan aktivitas ekonomi dari pagi hingga sore.
Sebelumnya, Administrator Diosesan Keuskupan Timika, Marthen Kuayo Pr menyebut jumlah pengungsi sudah mencapai 1000 orang di Paroki Santo Misael Bilogai. Intan Jaya masih dalam naungan pelayanan Keuskupan Timika.
“Ada sekitar 1.000 warga diungsikan ke Paroki Santo Misael Bilogai, pasca-penembakan anggota TNI, kemarin. Dari Kampung Mamba ada 400 orang,” ujar Marthen yang dihubungi dari Jayapura, Selasa (16/2) kemarin.
Menurut Marthen, warga mengungsi akibat ketakutan besar. “Akibat eskalasi itu, masyarakat mengalami ketakutan disebabkan ada kecurigaan dari kedua pihak terhadap masyarakat,” katanya.
Ia menjelaskan diungsikannya masyarakat karena mengalami posisi dilema. Mereka hanya bisa bertahan di rumah, serta kesulitan mencari bahan makanan ke kebun akibat ancaman yang dihadapi.
Saat ini, para pengungsi di Paroki Santo Misael Bilogai sangat membutuhkan cadangan makanan. Ia juga meminta kepada pemerintah agar membuka akses jaringan telekomunikasi ke wilayah Intan Jaya. Sebab, komunikasi sangat sulit dilakukan sejak Senin (15/2) lalu.
Anggota Komisi I DPR RI, Fraksi Gerindra, Dapil Papua, Yan Permenas Mandenas mendorong aparat keamanan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menghentikan aksi teror kelompok bersenjata di Intan Jaya.
“Negara tidak boleh kalah dengan kelompok kriminal. Apalagi bukan hanya aparat penegak hukum yang menjadi korban, bahkan masyarakat serta perekonomian tak bisa berjalan baik di daerah tersebut,” ujar Mandenas dalam keterangan tertulis yang diterima Bintang Papua, Senin (15/2) lalu.
Dari pantauan dan laporan sumber yang diterimanya, KKB sudah bahkan sudah berhasil merekrut warga Sugapa dan beberapa distrik lainnya.
Apabila hal ini terus terjadi, bisa berdampak luas bagi keamanan masyarakat yang berada di wilayah itu.
“Harus duduk bersama antara TNI, Polri dan Pemerintah, untuk menyusun strategi agar teror ini tidak berkelanjutan. Disamping itu, kita bisa menyelesaikannya tanpa harus melalui jalur pertumpahan darah. Kita harapkan tidak ada lagi masyarakat maupun aparat penegak hukum di sana jadi korban,” jelas Mandenas.(tmb)
Situasi ini membuat seribuan warga dari empat kampung mengungsi ke Kompleks Pastoran Gereja Katolik Santo Mikael Bilogai, Distrik Sugapa.
Kapolres Intan Jaya AKBP, I Wayan G Antara menyebut pihaknya telah menetapkan status keamanan siaga satu di wilayah Intan Jaya, pasca-rentetan penembakan yang dilakukan KKB terhadap aparat gabungan TNI-polisi, serta warga sipil di beberapa kampung.
“KKB sudah menempatkan anggotanya hingga di Sugapa. Warga mengungsi akibat aksi KKB yang tidak hanya mengincar aparat keamanan, namun juga warga sipil,” ujar Wayan saat dihubungi dari Jayapura, Rabu (17/2).
Teror KKB menyebabkan aktivitas pemerintahan di wilayah itu lumpuh. Bahkan, Bupati serta Pejabat Daerah Intan Jaya menjalankan pemerintahannya di Kabupaten Nabire. Sebab, selama ini mereka mengalami teror dari KKB.
Wayan mengatakan pihaknya telah mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas mulai pukul 17.00 WIT. Kepolisian pun telah menyerahkan bantuan makanan serta kebutuhan pokok lainnya bagi warga yang berlindung di Paroki Santo Misael Bilogai.
“Kami masih mendata para warga yang bertahan di Paroki Santo Misael Bilogai,” kata Wayan.
Meski situasi rawan, sebagian dari warga Distrik Sugapa masih melakukan aktivitas ekonomi dari pagi hingga sore.
Sebelumnya, Administrator Diosesan Keuskupan Timika, Marthen Kuayo Pr menyebut jumlah pengungsi sudah mencapai 1000 orang di Paroki Santo Misael Bilogai. Intan Jaya masih dalam naungan pelayanan Keuskupan Timika.
“Ada sekitar 1.000 warga diungsikan ke Paroki Santo Misael Bilogai, pasca-penembakan anggota TNI, kemarin. Dari Kampung Mamba ada 400 orang,” ujar Marthen yang dihubungi dari Jayapura, Selasa (16/2) kemarin.
Menurut Marthen, warga mengungsi akibat ketakutan besar. “Akibat eskalasi itu, masyarakat mengalami ketakutan disebabkan ada kecurigaan dari kedua pihak terhadap masyarakat,” katanya.
Ia menjelaskan diungsikannya masyarakat karena mengalami posisi dilema. Mereka hanya bisa bertahan di rumah, serta kesulitan mencari bahan makanan ke kebun akibat ancaman yang dihadapi.
Saat ini, para pengungsi di Paroki Santo Misael Bilogai sangat membutuhkan cadangan makanan. Ia juga meminta kepada pemerintah agar membuka akses jaringan telekomunikasi ke wilayah Intan Jaya. Sebab, komunikasi sangat sulit dilakukan sejak Senin (15/2) lalu.
Anggota Komisi I DPR RI, Fraksi Gerindra, Dapil Papua, Yan Permenas Mandenas mendorong aparat keamanan berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menghentikan aksi teror kelompok bersenjata di Intan Jaya.
“Negara tidak boleh kalah dengan kelompok kriminal. Apalagi bukan hanya aparat penegak hukum yang menjadi korban, bahkan masyarakat serta perekonomian tak bisa berjalan baik di daerah tersebut,” ujar Mandenas dalam keterangan tertulis yang diterima Bintang Papua, Senin (15/2) lalu.
Dari pantauan dan laporan sumber yang diterimanya, KKB sudah bahkan sudah berhasil merekrut warga Sugapa dan beberapa distrik lainnya.
Apabila hal ini terus terjadi, bisa berdampak luas bagi keamanan masyarakat yang berada di wilayah itu.
“Harus duduk bersama antara TNI, Polri dan Pemerintah, untuk menyusun strategi agar teror ini tidak berkelanjutan. Disamping itu, kita bisa menyelesaikannya tanpa harus melalui jalur pertumpahan darah. Kita harapkan tidak ada lagi masyarakat maupun aparat penegak hukum di sana jadi korban,” jelas Mandenas.(tmb)