JAYAPURA – Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Jayapura menghadirkan dua pelaku usaha pengolahan ikan, dalam Festival Kampung Nelayan (FKN) yang digelar tanggal 05 hingga 07 di Jayapura.
Kabid. Penguatan Daya Saing Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Jayapura Muhammad Agussalim mengatakan, dua pelaku usaha pengolahan ikan yang diikutsertakan dalam kegiatan ini adalah para pelaku usaha perikanan yang sudah memiliki Sertifikat Kelayakan Pengolahan (SKP).
“SKP adalah sertifikat yang diberikan kepada pelaku usaha Pengolahan Ikan yang telah menerapkan cara pengolahan Ikan yang baik (good manufacturing practices) dan memenuhi persyaratan prosedur operasi sanitasi standar,” katanya disaat pembukaan Festival Kampung Nelayan, Jumat (05/07) di Hamadi Jayapura
SKP lanjutnya, diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, di Kota Jayapura baru ada tiga usaha pengolahan ikan yang sudah memiliki SKP.
“Untuk mengantongi SKP dilihat dari sistem pengolahannya harus higienis, mulai dari cara ramu, proses pencucian dengan menggunakan es batu, menggunakan garam dan jeruk, saat mengolah ikan harus menggunakan masker dan celemek,” ungkapnya.
Jadi memang betul-betul harus sudah sesuai dengan standar kelayakan pengolahan, seperti tempat pengasapan yang biasanya terdiri para para besi yang karat dan mengasapnya menggunakan kayu kayu bekas, jika sudah berSKP pengolahan asap harus secara higienis, juga menggunakan para para dari besi stainless steel, yang biasanya menggunakan kayu bakar sekarang tempurung demikian juga dengan penampakannya bagus, menarik pembeli.
“ Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Jayapura juga memfasilitasi tempat pemasarannya, yaitu ada di pasar mama – mama Papua, biasanya jualan pake meja sekarang diganti dengan both kontainer, dan hasil testimoninya, syukur puji Tuhan biasanya paKe payung kehujanan basah, sekarang nyaman. Juga ada peningkatan penjualan,” katanya.
Mama Simida Oropa, salah satu pelaku usaha pengolahan ikan yang sudah berSKP mengatakan, ia sudah 20 tahun menggeluti usaha pengolahan ikan. Ia memproduksi ikan asar dan abon ikan.
“Saya jualan di pasar mama-mama Papua, satu hari bisa menjual 50 ekor hingga 70 ekor, selain untuk dikonsumsi sendiri banyak juga yang beli untuk oleh-oleh,” katanya.
Diakuinya, Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Jayapura, banyak membantunya, ia dikut sertakan dalam pelatihan-pelatihan, baik pelatihan pengolahan ikan maupun pengemasaan ikan.
“Dinas yang kasih ajar saya, tempat pembakarannya harus bersih, harus di kasih garam, jeruk juga es batu untuk awet juga cara pengemasan,” katanya.
Sejak ikannya dikemas, lanjutnya, ada peningkatan penjualan, yang dulunya satu hari 50 ekor, setelah dikemas jadi 60 hingga 70 ekor.
“Saya berterimakasih kepada Dinas Kelautan dan Perikanan, yang sudah banyak membantu saya, hingga saya bisa usaha seperti sekarang,” katanya.
Hal serupa diungkapkan mama Telda Waromi yang sama-sama pelaku usaha pengolahan ikan yang sudah berSKP, ia mengakui selain dikut setakan dalam pelatihan-pelatihan ia juga baru-baru ini menerima bantuan berupa tungku kawat dari stainles steel.
“Saya memproduksi ikan asar dan sambal ikan tuna suir, ini yang ngajar juga dari dinas, saya berharap yang lain juga bisa mengikuti,” katanya.
Ia mengakui, setelah ikan asarnya di kemas bagus, ada peningkatan penjualan rata-rata 50 hingga 70 ekor apalagi kalau banyak event di Jayapura, pasti penjualannya meningkat.
“Kalau sudah dikemas baik, bisa dijadikan oleh-oleh,” ungkapnya.**