JAYAPURA – Politikus PDI Perjuangan, Komarudin Watubun, meluncurkan Yayasan Lima Sila, bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-52. Peluncuran ini sekaligus puncak penutupan Youth Leadership Forum yang digagasnya bersama lima pendiri yayasan itu.
Dari ujung timur Indonesia, Papua, Minggu malam, (9/2), Bung Komar yang juga ketua bidang kehormatan partai berlambang banteng bermoncong putih itu ditemani Walikota Jayapura Benhur Tomi Mano dan 100 peserta forum dari sejumlah sekolah menengah atas. Mereka memukul Tifa sebagai pertanda dimulainya gerakan kolektif kawasan timur Indonesia.
Komar menuturkan, kejayaan Nusantara pada abad 15 dimulai dari timur. Dimana Maluku menjadi pusat perdagangan rempah dan rebutan bangsa-bangsa di dunia. Demikian juga Papua yang kaya akan minyak dan gas, biji emas di perut bumi, serta hutannya.
“Namun saat itu kita dikuasai ratusan tahun oleh Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda. Begitu juga Amerika yang mengeruk kekayaan Migas dan tambang emas kita. Sejarah berulang. Kita bicara tentang Indonesia yang menghargai keadilan sosial. Kita harus didik adik-adik kita untuk menghadapi ancaman itu,” ujarnya.
Politisi asal Papua itu berharap, Yayasan Lima Sila nantinya mampu mencetak para pemimpin beretika dan berhikmat, dan membawa kehidupan masyarakat Indonesia 150 tahun ke depan. Sebab menurutnya, seorang pemimpin harus memiliki etika yang kuat, logika yang matang, estetika, terlebih mampu berhikmat kepada sang pencipta dan masyarakat.
Program dari Yayasan Lima Sila dimulai dari Bumi Cenderawasih, sebagai titik matahari terbit menyinari Nusantara. Yayasan tersebut diharapkan menjadi wadah membangun generasi muda dari Sabang sampai Merauke.
“Sekarang pemimpin harus bisa melahirkan pemimpin. Kepemimpinan seseorang bukan ditentukan oleh usianya tapi pengalaman. Pemimpin yang dibutuhkan negeri ini adalah pemimpin yang berhikmat seperti makna Pancasila sila keempat,” ujar Bung Komar disambut pekik sejumlah kepala daerah yang hadir di Purnama Resto Yoka, tepian Danau Sentani, Kota Jayapura.
Bung Komar menceritakan, sepenggal kisah di balik lahirnya Yayasan Lima Sila yang mengusung visi mewujudkan cita-cita kedaulatan berbangsa berdasar pada Pancasila, serta proteksi kelestarian sumber daya dan kekayaan alam Indonesia.
“Setelah 25 tahun perjalanan (politik), saya melihat problem bangsa ini semakin rumit. Kerumitan itu pun (justru) banyak berasal dari politisi. Sementara pemimpin republik yang bisa menyelesaikan persoalan berdasarkan cita-cita proklamasi, itu harus bisa berhikmat bijaksana,” tutur Komarudin.
Berangkat dari situlah, kemudian gagasan itu diwujudkan, lalu membuat pelatihan kepemimpinan dengan menyesuaikan perkembangan gaya hidup anak muda yang tak terlepas dari teknologi. Sejumlah akademisi dari berbagai kampus terkemuka dan praktisi kreatif dihadirkan guna menuntun anak-anak agar menjadi pribadi mandiri, serta memiliki integritas kepemimpinan.
“Saya mengharapkan, pemerintah di 29 kabupaten/kota di Papua dapat mengadopsi keberlanjutan program ini di daerah masing-masing. Bahkan provinsi lain di Tanah Air Indonesia yang kita cintai ini,” ujarnya.
Wali Kota Jayapura, Benhur Tomi Mano mengapresiasi program dari yayasan yang didirikan Komarudin. Ia menyebut, politisi kelahiran Maluku tersebut sebagai suhu, atau gurunya dalam sepanjang terjun dalam berpolitik di PDI Perjuangan.
“Ini sangat bagus dalam membina generasi muda yang akan menjadi pemimpin masa depan, berkarakter, bermartabat dan memiliki kemampuan inovasi membawa perubahan di Indonesia dari tanah tercinta Bumi Cenderawasih,” harapnya.
Demikian juga dengan pengakuan Wakil Gubernur Maluku, Barnabas Orno, yang juga kader partai yang sama. Mewakili sejumlah pimpinan daerah yang hadir, Barnabas memberikan rasa hormat sebesarnya kepada Bung Komar, politisi kelahiran Maluku itu.
“Kami selalu mencari beliau (Bung Komar) setiap kali ke kantor PDIP di Jakarta. Ibaratnya kalau di dunia politik, kami hanyalah tiris-tiris kalau tidak ada beliau yang memberikan arahan dan teguran,” ujarnya.
Salah satu peserta Youth Leadership Forum, Fretty Simunapendi, mengaku sangat senang lantaran mendapatkan banyak pengetahuan baru selama mengikuti pelatihan tiga hari, dari Jumat (7/2) sampai Minggu (9/2).
“Saya belajar banyak hal, bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik, jujur, adil dan berhikmat. Banyak teman baru saya di sini. Semoga program ini tetap berlanjut agar teman-teman pelajar khususnya di Papua dapat belajar menjadi pemimpin muda masa depan,” ujar siswi SMA Negeri 5 Jayapura.
Ibnu Gimnastiar, peserta yang mewakili SMA Negeri 4 Jayapura, merasasakan begitu luar biasanya materi pelatihan yang diperolehnya dari Yayasan Lima Sila. Menurutnya, pelatihan ini adalah sebuah kesempatan pertama yang tak bisa didapatkan selama belajar dari kecil, di Kota Jayapura.
“Dari sini saya tahu kalau seorang pemimpin dilahirkan bukan untuk hebat, tetapi harus tahu berhikmat. Sebab, kebijaksanaan tanpa hikmat tak ada apa-apanya,” akunya seraya menyebut 80 persen materi pelatihan yang diperolehnya merupakan praktek, dan 20 persen teori.
Metode yang diberikan dalam forum tersebut pun dibuat dengan cara bermain, diskusi, membaca gambar dan merefleksikan kehidupan tiap-tiap peserta.
Seperti diketahui, Youth Leadership Forum adalah program untuk mendorong generasi muda yang berkarakter dan memiliki jiwa kepemimpinan dengan harapan mencerdaskan calon-calon pemimpin abad 21. Instruktur dan fasilitator program melibatkan berbagai latar belakang kemampuan seperti ilmuwan, seniman, dan aktivist muda serta kalangan profesional.
Para peserta program didorong untuk mampu menciptakan solusi, inovasi dan antisipasi isu-isu sosial, ekonomi, dan lingkungan Negara RI dan kawasan sesuai amanat alinea 4 Pembukaan UUD 1945. (Tambunan)
Bung Komar dan Kilas Balik Kejayaan Nusantara
