Bincang-bincang dengan Pembuat Arang di Arso 2, Kabupaten Keerom (Bagian 2)
Arang yang digunakan di sebagian warung-warung makan dan warga di Kota, Kabupaten Jayapura, Keerom dan Sarmi bahan dasarnya dari Kayu Gamal. Kayu Gamal diperoleh dari wilayah Arso dan sekitarnya. Apa keunggulan Kayu Gamal hingga digunakan sebagai bahan dasar arang dan keuntungan yang diperoleh seberapa besar?
Yudhi Effendi Khantum-Keerom
Kayu Gamal (Gliricidia Sepium) banyak ditanam petani di wilayah Arso, Kabupaten Keerom puluhan tahun lalu. Pohon atau Kayu Gamal ditanam para petani di wilayah Arso dan sekitarnya bukan tanpa sebab.
Pohon Gamal atau sesudah ditebang masyarakat sering menyebutnya sebagai Kayu Gamal merupakan tanaman ‘sombar’ yang fungsingnya sebagai pelindung tanaman kakao atau tanaman coklat (Theobroma Cacao) dari pancaran sinar matahari secara langsung.
Nah, setelah tanaman kakao yang dibudi dayakan diambil hasilnya atau tanaman yang berasal dari Amerika Latin ini sudah tidak dikembangkan lagi, pohon-pohon Gamal yang telah ditanam puluhan tahun itu telah berkembang jadi besar.
Sehingga, Misriati salah satu dari sekian pengusaha atau pembuat arang di Arso 2, Kabupaten Keerom membelinya dari petani yang memiliki Pohon Gamal kemudian diolah menjadi arang.
“Kayu Gamal saya beli dari petani,” kata kepada Bintang Papua saat bertandang ke tempat pembuatan arang di Arso 2, Kabupaten Keerom, Sabtu (20/2).
Menurutnya, Kayu Gamal dibandingkan dengan Katu Besi (Merbau) lebih bagus Kayu Gamal. “Lebih bagus Kayu Gamal,” katanya singkat.
Misriati mengatakan bahwa Kayu Gamal diperolehnya dari petani di Arso 14, 12, 9, 6 dan wilayah-wilayah lainnya di Kabupaten Keerom.
“Saya biasa membeli Kayu Gamal, hitungannya satu truk Rp 1 juta,” terangnya Misriati kepada Bintang Papua.
Ia mengaku keuntungan dari pembuatan arang sangat sedikit, namun untuk menghidupi keluarganya, mau tidak mau tetap dikerjakan.
“Keuntungan dalam satu truk itu sedikit. Dan tidak semua kayu yang kita beli jadi arang, biasanya hancur dan jadi tanah kembali. Ya, kalau sudah jadi tanah, tidak bisa dipakai untuk arang,” keluhnya sambil menunjukkan kayu yang gagal jadi arang dan telah hancur.
Akan tetapi menurutnya, meskipun kayu sudah gagal menjadi arang namun masih dapat digunakan sebagai media tanaman. “Syukur, banyak yang cari untuk digunakan menanam bunga,” jelasnya. “Harga sekarung 50 kg Rp 50 ribu. Dan pasti ada yang cari,” sambungnya.
Saat ditanya mengenai Kayu Gamal biasanya diantar berapa minggu sekali. Menurutnya, untuk pengantaran tidak tetap artinya setiap ada kayu petani antar.
“Tidak tetap, ada kayu mereka (petani,red) antar. Kadang juga kayu kosong, kita tidak buat (arang),” katanya sedih.
Misriati menyampaikan Kayu Gamal yang diperolehnya dari petani merupakan tanaman budi daya yang sengaja ditanam petani untuk melindungi tanaman kakao dari pancaran sinar matahari secara langsung. “Kayu Gamal ini petani tanam untuk pelindung coklat,” pungkasnya.(*)