JAYAPURA-Sejumlah Uskup di Indonesia mengadakan pertemuan dengan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanam di kediamananya Mahfud MD, Jakarta Minggu, 1 November 2020.
Pertemuan itu bertujuan membahas berbagai permasalahan yang melanda Provinsi Papua yang terus bergejolak.
Hadir dalam pertemuan itu, Uskup Agats Mgr Aloysius Murwito dan Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagi, yang juga Administrator Apostolik Merauke, bersama dengan Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia.
Seperti yang dilansir vaticannews.va Selasa (3/11) pertemuan itu terjadi setelah laporan keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang menembak mati seorang katekis Katolik dari Paroki Bilogai, Rufinus Tigau, pada 26 Oktober lalu. Pembunuhan itu terjadi di Desa Jalae, Kecamatan Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Uskup Mandagi mengatakan kepada UCA News pertemuan selama satu jam itu dimaksudkan untuk membahas “berbagai masalah di Papua, terutama kekerasan.”
Dikatakan, Uskup Indonesia prihatin dengan situasi tersebut, meski diakui tidak ada kasus khusus yang dibahas dalam pertemuan itu.
Sebaliknya, pembicaraan difokuskan pada penderitaan yang ditimbulkan oleh kekerasan, baik pada warga sipil setempat maupun pada pasukan keamanan.
Uskup Mandagi mengatakan dia menyampaikan kepada Mahfud bahwa dialog yang lebih luas dengan masyarakat dapat membantu meredakan ketegangan. Gereja Katolik setempat selalu terbuka untuk berdiskusi. “Orang Papua itu orang baik,” tegasnya.
“Semua orang termasuk militer, polisi, dan pekerja gereja tidak boleh memandang rendah mereka. Kita semua perlu menyelesaikan masalah dengan dialog, dengan menghormati orang Papua dan tanpa kekerasan,” pesannya Uskup Mandagi.
Uskup Mandagi mengatakan intervensi militer hanya memperburuk ketegangan. “Kami ingin Papua menjadi tanah cinta, bukan medan perang,” ujarnya.(lex)