JAYAPURA – Komandan Korem 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan mendukung penuh rencana deklarasi Wadah Perhimpunan Putra dan Putri Pejuang Pepera (P5) oleh Komponen Masyarakat yang tergabung dalam Barisan Merah Putih dan Ormas lainnya.
Izak berharap, wadah ini nantinya dapat melakukan banyak hal, terutama meluruskan pemahaman yang keliru tentang permasalahan yang terjadi di Papua, sejak tahun 1969.
“Papua sebagai bagian dari NKRI seharusnya dipahami sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena tanpa ridho dari-Nya, tidak ada satu pun hal bisa terjadi. Harus dipahami bahwa rancangan Tuhan pasti baik untuk manusia, tinggal manusia itu mau mengambil kebaikannya atau sebaliknya,” kata Izak di markasnya, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Minggu (25/10).
Menurutnya, tanah Papua akan penuh damai sejahtera apabila semua pihak bersatu melakukan hal-hal yang positif. Sebaliknya, bila yang diambil adalah konflik, dan benih yang disemai adalah kebencian, dendam dan permusuhan maka penderitaan yang akan didapat.
“Itulah sebabnya Papua tanah damai, Papua tanah diberkati, Papua surga kecil yang turun ke bumi. Namun sampai saat ini masih mengalami konflik yang belum terselesaikan secara tuntas,” ujarnya.
Ia menyarankan kepada pengurus P5 akan perlunya sebuah tim penggalian data otentik tentang sejarah Papua baik yang ada di Lembaga Arsip Nasional, arsip pribadi, dan dokumentasi yang masih disimpan oleh keluarga Pejuang Pepera.
“Sehingga dapat dituliskan dalam sebuah buku sejarah Papua, sebagai bahan bacaan dan bila perlu dimasukan sebagai bahan ajaran di sekolah, agar generasi muda Papua mengetahui tentang sejarah yang benar tentang Papua,” harapnya.
Ondofolo Besar Sentani, Yanto Eluay yang merupakan anak dari Theys Eluay, salah satu pejuang Pepera, menyampaikan deklarasi tersebut akan diselenggarakan bertepatan dengan menyambut Hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober mendatang.
“Ini adalah program kami dalam menyambut Hari Sumpah Pemuda dengan melakukan deklarasi bersama komponen masyarakat yang tergabung dalam Barisan Merah Putih (Putra-putri Pejuang Pepera). Tujuannya, mengawal keputusan Pepera pada tahun 1969 dan ke depan kita dapat melihat profil dari Pejuang Pepera untuk diketahui generasi muda masa depan,” jelas Yanto.
Menurutnya, saat ini banyak yang telah melupakan perjuangan Pejuang Pepera, sehingga perlu adanya sosialisasi kepada seluruh elemen masyarakat khususnya para generasi muda serta para tokoh-tokoh yang berasal dari beberapa daerah di Provinsi Papua.
“Mari kita buka wawasan generasi muda ke depan untuk menyatakan bahwa Papua adalah bagian dari NKRI dan tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun,” ujarnya.
Untuk diketahui, pertemuan ini dihadiri oleh Sekjen Barisan Merah Putih RI (BMPRI) Provunsi Papua Yonas Nusi, Ketua BMPRI Kota Jayapura Niko Maury, Ketua Gemapi Pilatus Netep, Max Ohe yang adalah putra pelaku sejarah Pepera 1969 Ramses Ohe, Ketua Pemuda Trikora Mandala Albert Ali Kibay, perwakilan DPD Gercin Provinsi Papua dan Pdt. Yulianus Warobay. (tambunan)