JAYAPURA – Manajemen Persipura Jayapura merasa masih bimbang dalam menentukan sikap terhadap wacana sentralisasi kompetisi yang akan digelar di Pulau Jawa. Selain masih terhalang pandemi Covid-19, finansial juga menjadi alasan utama klub asal Bumi Cenderawasih ini.
Sekretaris Umum Persipura, Rocky Bebena mengatakan, pihaknya tidak bisa menjamin membopong skuatnya ke Pulau Jawa apabila kompetisi bergulir di Pulau Jawa. Wacana Liga bergulir pun cukup beresiko, karena syarat untuk bepergian ke lewat udara begitu rumit saat ini.
“Wacana itu cukup berisiko dan di rapat virtual beberapa waktu lalu kita sudah menyampaikan bahwa pada saat itu persipura belum menentukan pilihan, karena pada rapat itu sebelas klub menolak melanjutkan kompetisi dan enam klub mendukung dilanjutkan dan kami memilih abstain,” kata Rocky Bebena lewat gawainya, Senin (15/6) malam.
Rocky memandang apabila wacana tersebut direalisasikan, akan sangat membebani finansial klub kontestan. Pasalnya kemungkinan besar pertandingan akan digelar tanpa penonton.
“Wacana kompetisi yang mau dipusatkan di pulau jawa itu juga harus menjadi catatan penting buat federasi, karena ini kan digelar tanpa penonton, sementara untuk satu pertandingan, panpel itu harus mengeluarkan duit Rp 200 juta sampai Rp 300 juta,” ujarnya.
Menurut Rocky, belum ada kejelasan soal nasib kompetisi sepak bola Indonesia hingga saat ini. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar Sabtu (13/6) lalu baru memilih direksi dan komisaris yang baru. Sementara, PSSI juga masih mempertimbangkan sejumlah saran dari para klub kontestan dalam rapat virtual yang digelar beberapa waktu lalu.
“Kontribusi seperti apa yang bisa kita dapatkan, ini yang kita minta PSSI dan LIB harus memikirkan itu. Tidak mungkin kita mau membiayai semua itu, jadi saran kami sebaiknya penyelenggarannya dikelola langsung oleh PT LIB dan mungkin juga PSSI, sehingga tidak membebani pembiayaan ke pihak klub lagi,” harapnya. (tambunan)
