Dari Temu Sapa Komjen Pol MDF Bersama Masyarakat Adat Tabi dan Masyarakat Nusantara di Kampung Ifar Besar yang Dihadiri Sejumlah Tokoh Adat dan Pengurus Partai Politik
SENTANI-Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Papua Komjen Pol Mathius Derek Fakhiri yang berpasangan dengan Bakal Calon Wakil Gubernur (Bacawagub) Papua Aryoko Rumaropen, yang dikenal dengan sebutan Mari-Yo, Selasa (17/9) 2024 menggelar safari politik ke Kabupaten Jayapura tepatnya di Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani disambut sejumlah Ondofolo dan Khose.
Dalam safari politik Bacagub Papua Mathius Derek Fakhiri (MDF) di Kampung Ifar Besar ini turut dihadiri oleh Yohannis Manangsang Wally selaku salah satu tokoh adat dari Suku Wally di Sentani nampak hadir juga bakal pasangan calon (Paslon) bupati dan wakil bupati Jayapura Ted Yones Mokay-Haji Supardi (TEPAD) dan pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati Jayapura Jan Jaap Ormuseray – Asrin Rante Tasak (JOAN).
Acara safari politik ini bertajuk temu sapa bersama adat Tabi dan masyarakat Nusantara di Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura ini diawali dari Dermaga Pantai Khalkote menuju Pulau Ajau untuk melakukan ziarah ke makam leluhur Ondofolo yang ada di Kampung Ifar Besar serta ziarah ke makam dari penginjil di Kampung Ifar Besar dan diakhiri dengan temu sapa (tatap muka) bersama masyarakat adat Tabi dan masyarakat Nusantara di Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Kehadiran sejumlah tokoh penting seperti pengurus partai politik, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh perempuan, serta tokoh agama turut memeriahkan acara temu sapa ini. Tak hanya itu, sejumlah relawan, simpatisan, tim sukses dan masyarakat adat Tabi maupun masyarakat Nusantara juga hadir untuk menunjukkan dukungan mereka.
Yohannis Manangsang Wally salah satu pemangku adat dalam rumpun Suku Wally (Rhukuneae Walineae) di Sentani yang ikut mendampingi Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Papua Komjen Pol Mathius Derek Fakhiri (MDF) dalam kunjungan safari di Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa (17/9) 2024.
Safari tersebut Pada kesempatan itu, Bakal Calon Gubernur (Bacagub) Papua Komjen Pol Mathius Derek Fakhiri (MDF) dalam sambutannya meminta kepada seluruh bakal calon bupati dan wakil bupati (Bacabup-Bacawabup) Jayapura agar dapat mengimbau masyarakat khususnya para pendukung, relawan maupun simpatisannya agar melakukan politik dengan etika dan juga dengan cara-cara yang santun.
Pria yang lebih dikenal dengan nama John Manangsang Wally (JMW) ini menyampaikan kalau diperhatikan benar-benar apa yang di sampaikan dalam sambutan singkat calon gubernur (Cagub) Papua Mathius Derek Fakhiri (MDF) itu.
“Saya pikir beliau adalah seorang penegak hukum yang mampu menjaga keamanan dan ketertiban. Jadi hal-hal itu memang di sampaikan beliau dengan jelas. Kita mau memilih dan mendapatkan sosok pemimpin yang baru. Tentunya, kita berharap prosesnya juga harus berjalan dengan bagus. Ya, kita tidak bisa hindari adanya black campaign atau politik (kampanye) hitam semacam itu tidak bisa dihindari,” urainya.
“Akan tetapi, paling tidak dari setiap kandidat berbicara dengan tim suksesnya dan partai politiknya bahkan dengan pendukung-pendukung fanatiknya, ya itu memang kita harus membawa berita atau imbauan tentang kesejukan. Jadi kita ini tidak bisa mengontrol orang lain, namun minimal dari saya itu adalah mengontrol tim saya,” sambung pria yang juga Bakal Calon Bupati (Bacabup) Jayapura John Manangsang Wally (JMW).
Untuk itu, Bacabup Jayapura JMW berharap kepada kandidat calon kepala daerah yang lainnya juga bisa mengontrol tim-timnya dalam momen politik lima tahunan ini.
“Jadi, apa yang di sampaikan oleh bakal Cagub Papua MDF ini sangat benar. Apa artinya, kita mau dapat seorang pemimpin, tetapi maju dengan segala macam cara yang tidak terpuji. Katanya, inikan tanah Papua adalah tanah damai. Kemudian, di Kabupaten Jayapura itu sebagai barometer untuk Papua. Nah, seperti apa kalau barometer disini rusak dalam percaturan politik ini, maka tercorenglah barometer itu,” paparnya.
“Menurut saya, kelima (bakal) calon ini sudah harus menangkap pesan yang tadi disampaikan oleh pak MDF dan sudah harus mulai menerapkan ke timnya sebelum kita maju ke medan pertempuran yang sebenarnya apalagi inikan seminggu (sepekan) menjelang penetapan bakal calon ke calon kepala daerah. Nah, kita sudah harus memahami ini terlebih dulu untuk menyadari itu,” sambungnya.
Lanjutnya, pria yang juga Anggota Dewan Adat Suku Sentani (DASS) ini sangat sepakat dengan imbauan dari (bakal) Cagub Papua Mathius Derek Fakhiri (MDF) dan juga sangat mendukung imbauan yang di sampaikan oleh (bakal) Cagub Papua Mathius Derek Fakhiri (MDF).
“Saya pikir itu prinsip yang paling penting, karena kalau kita cerita mau buat satu Jayapura Emas. Tetapi, kita masuk dengan proses yang tidak pantas, kira-kira kita orang akan bicara apa, itu yang di bilang bicara lain dan main lain. Itu yang di bilang sudah tidak bisa di percaya dan memang kita tidak bisa hindari, karena ada oknum-oknum di dalam tim mungkin, yang sudah kebiasaan sebelum-sebelumnya kadang menipu dan kadang begini, saya pikir itu manusiawi,” sebutnya.
“Kehadiran kita sebagai calon pemimpin untuk semua orang itu harus memberikan satu keteladanan, ya menegur kalau salah dengan cara-cara yang juga lebih santun. Sehingga akhirnya orang-orang ini dia bisa sadar dengan sendirinya, terus mau melangkah, jadi saya begini dan saya begitu akurang benar atau kurang baik,” ujarnya.
Akan tetapi, kalau untuk mau menjatuhkan dengan cara-cara itu memang dari awal di sampaikan tidak boleh seperti begitu satu manusia pun. Tidak ada calon satupun yang sempurna dan itu persoalannya ada di situ. “Kita bertarung inikan upaya manusia, tetapi keputusannya itu sudah ada di tangan Tuhan dan sehebat kitapun tetap kita ada dalam kendali Tuhan,” tambahnya lagi.
“Dengan demikian, saya berharap kepada seluruh masyarakat terutama masyarakat adat kita berbicara itu memang betul-betul kita bicara. Karena dalam adat itu bicara tentang hal yang benar. Jadi, kalau bisa itu kita kalau sudah bicara ‘A’, jangan bicara ‘B’ lagi atau bertindak ‘B’ lagi. Tetapi harus kita sesuaikan, karena itu wibawa dan harga diri kita sebagai adat dan saya sebagai bagian dari adat. Kalau dari adat sudah bicara ‘A’, maka saya akan ikut seperti itu,” tutupnya.(*)